Tanggal 2 September 2013
Tentang:
Ekonomi Politik Media
Pembicara : Dr. Eko Harry Susanto, M.Si (Dekan
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara)
Ruang publik sebagai potensi demokratis media tenggelam ketika rasionalitas birokrasi atau modal mulai mengambil alih dan mendominasi fungsi, sistem kerja & orientasi produksi media (Agus Sudibyo, 2009)
Birokrasi sangat
menguasai ruang – ruang publik. Bisnis itu juga menguasai ruang – ruang publik,
padahal menurut undang – undang tidak boleh ada kejadian seperti itu.
Media dapat
dikatakan sebagai ruang publik politis sedangkan rasionalitas komunikatif media mewujudkan kedaulatan publik itu sendiri sehingga media
massa dapat dikatakan sebagai cermin masyarakat.
http://www.peckishdesign.com/wp-content/uploads/2012/06/url.png
Media sebagai ruang publik politis
Ruang publik
politis merupakan jaringan kekuasaan yang
sangat kompleks karena setiap bentuk perhimpunan dalam masyarakat kita
membentuk ruang publiknya sendiri yang ingin mendesakkan kebutuhannya.
PROBLEM MEDIA
·
Orientasi
bisnis / motif keuangan
·
Profesionalisme
jurnalis / institusi
·
Tidak
independen & transparan
Jadi dapat disimpulkan
bahwa problem media à harus independen dan tidak memihak.
Media
Massa sebagai institusi ekonomi
Media massa
memiliki orientasi keuntungan yang dikehendaki oleh perusahaan untuk
menjalankan roda organisasi.
Seperti contohnya Pemilu 2014 yang merupakan pertarungan besar-besaran antara para politisi yang merangkap sebagai pengusaha media massa seperti Aburizal Bakrie, Harry Tanoesoedibjo, Surya Dharma Paloh dan Dahlan Iskan, bahkan Chairul Tanjung. Tidak menutup kemungkinan, para pemilik media massa yang lainnya juga memiliki kepentingan politik dan ekonomi yang sama, terkait dengan pucuk kepemimpinan nasional, karena mereka sangat menentukan berbagai kebijakan pembangunan yang akan digulirkan di masa depan.
Teori
media politik ekonomi adalah ketergantungan ideologi pada kekuatan ekonomi. Kekuatan dan Kelemahan
dari Teori media politik ekonomi
1.
Kekuatan:
Ø Memberikan
fokus tentang bagaimana media terstruktur dan terkontrol.
Ø Memberikan investigasi
empiris mengenai pembiayaan/ keuangan media.
Ø Mencari
hubungan antara isi media dan pembiayaan media.
2.
Kelemahan:
Ø Memiliki
sedikit kemampuan untuk menjelaskan di level mikroskopik (spesifik).
Ø Tidak konsen
dengan pembuktian ilmiahl, berdasarkan analisis subjektif dari pembiayaan/
keuangan.
Perusahaan pers memberikan
kesejahteraan kepada wartawan & karyawan Pers dalam bentuk kepemilikan
saham dan atau laba bersih serta bentuk kesejahteraan lainnya. Contohnya seperti kesanggupan
perusahaan pers memekerjakan wartawan dengan masa kontrak dalam masa tertentu
dan imbalan layak. Namun kemudahan setiap orang atau institusi mendirikan
penerbitan tanpa ada jaminan kesejahteraan untuk wartawan, menyebabkan orang
seenanknya mendirikan penerbitan tanpa disertai tanggung jawab memberi imbalan
layak kepada pekerja pers. Sehingga ketidakjelasan atas imbalan yang diterima
wartawan pada penerbitan seperti itu bisa mendorong pewarta menyalahgunakan
profesinya.
Lingkungan
Ekonomi Media dibagi menjadi :
·
Agen berita / Informasi
·
Pemasang Iklan
·
Pemilik Media
·
Serikat Kerja
Pengaruh iklan terhadap media :
·
Pertimbangan ekonomi
dalam penyampaian pesan kepada khalayak
·
Media dituntut
menyesuaikan isi dengan pertimbangan pasar pengiklan
·
Tujuannya,
memaksimalkan khalayak yang dituju, sekaligus konsekuensi pola produksi
·
Pertimbangan ekonomi
hanya ada di pemilik media, tetapi tidak terlalu dipikirkan oleh insan media di
lapangan
Kesimpulan
:
Suatu masyarakat majemuk yang memiliki ruang publik politis
yang vital dapat kita sebut sebagai masyarakat kuat. Masyarakat kuat semacam ini harus diimbangi dengan
pemerintahan yang kuat juga. Suatu masyarakat yang memiliki gairah demokratisasi
yang kuat, tetapi sistem politiknya
lemah, tak akan sanggup menyaring desakan kekuasaan massa yang masuk untuk
memaksakan kehendaknya. Ini terjadi dalam "anarkisme". Sebaliknya,
suatu sistem politik yang otonom dari masyarakatnya dan cenderung berjalan
menurut logika kekuasaannya akan melenyapkan
ruang publik politis itu. Ini terjadi dalam totalitarianisme.
Sebuah negara hukum demokratis harus memiliki masyarakat yang
kuat maupun kepemimpinan yang kuat. Sistem
politik tidak boleh menjadi independen
dari ruang publik politis. Ia harus terus mendapatkan makanan dan hidupnya dari
ruang publik itu karena dari situ pulalah ia meraih
sumber loyalitas dan legitimitasnya. Pemerintahan yang kuat dalam arti ini
adalah pemerintahan yang mampu memperlancar komunikasi
politis antara sistem politik dan masyarakat sipil dalam ruang publik politis.
No comments:
Post a Comment